Tokoh Tokoh Ulama' Kelantan

Tokoh Tokoh Ulama' Kelantan
Sesungguhnya Ulama' itu Pewaris Nabi

Friday 28 December 2012

Ulama itu pewaris Nabi


diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a., disebutkan bahawa Rasulullah saw. Bersabda:

"Semoga Allah memberikan cahaya kepada orang yang mendengarkan ucapanku, memperhatikannya, menjaganya, dan menyampaikannya. Sering sekali orang yang membawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih faham dari dia. Ada tiga perkara yang dengannya tidak ada kedengkian dalam hati seorang muslim. Pertama: ikhlas dalam beramal untuk Allah semata. Kedua: para imam yang saling menasehati. Ketiga: selalu bersama orang-orang muslim, karena sesungguhnya ajakan mereka selalu mengelilinginya."

Asal hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Abu Darda', Jubair bin Math'am, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, dan Nu'man bin Basyir. Imam Tirmidzi berkata, "Hadis Ibnu Mas'ud hasan shahih, hadits Zaid bin Tsabit hasan." Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab Mustadrak-nya dari riwayat Jubair bin Math'am dan Nu'man bin Basyir, kemudian berkata, "Ini adalah hadis shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim."

Seandainya tidak ada penghargaan lain bagi keutamaan ilmu selain yang disebutkan dalam hadis di atas, tentulah itu sudah cukup. Kerana Rasulullah saw. telah mendoakan orang yang mendengar, memperhatikan, menjaga, dan menyampaikannya. Ini adalah tingkatan dalam mencari ilmu.


“Tingkatan pertama dan kedua adalah mendengar dan memahami. Apabila seseorang mendengarkan ilmu, maka dia akan memahaminya dengan akalnya.”

Sehingga, ilmu tersebut akan terpatri di dalam hatinya, seperti terjaganya sesuatu yang di dalam tempat penyimpanan. Akal seperti tali pengikat seekor unta atau binatang ternak lainnya, agar binatang tersebut tidak lepas dan pergi. Karena itu, penalaran dan pemahaman merupakan nilai lebih dari sekedar mengetahui.

Ketiga, menjaga dan menghafalnya agar tidak lupa dan hilang.

Keempat, menyampaikan dan menyebarkannya kepada umat supaya hasil dan tujuannya terwujud.

Ilmu bagaikan harta yang tersembunyi di dalam tanah, yang apabila tidak dinafkahkan, maka ia terancam hilang. Demikian juga dengan ilmu; apabila tidak diamalkan dan tidak diajarkan, maka ia bisa hilang. Apabila harta atau ilmu itu dinafkahkan, maka ia akan tumbuh dan berkembang.

Orang yang menunaikan keempat tingkatan di atas, maka ia masuk dalam doa Nabi saw. yang mencakup keindahan lahir dan batin. Sesungguhnya nadhrah (cahaya di wajah) itu adalah berserinya wajah karena keimanan, kebahagiaan, kegembiraan, dan kesenangan hati.

Apabila hati dipenuhi dengan keimanan, kebahagiaan, dan kegembiraan maka nampaklah keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan di muka seseorang. Oleh karena itu, Allah SWT di dalam firman-Nya mengumpulkan antara keceriaan, kebahagiaan, dan berseri-serinya wajah, yaitu dalam firman-Nya,
"Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hat/." (al-lnsaan: 11)

Kejernihan di ayat ini adalah kejernihan di wajah dan kegembiraan adalah di dalam hati. Karena kebahagiaan hati menampakkan keceriaan dan kejernihan di wajah, sebagaimana difirmankan Allah SWT,


"Kamu dapat mengetahui dan wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan." (al-Muthaffifiin: 24)

Intinya bahwa kejernihan di wajah orang yang mendengarkan, memahami, menjaga, dan menyampaikan sunnah Rasulullah saw. merupakan pengaruh kebahagiaan, keceriaan, dan kegembiraan yang ada dalam hati dan batinnya.


Adapun sabda Rasulullah saw., "Seringkali orang yang membawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih faham darinya," menunjukkan faedah dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain. Seseorang yang disampaikan kepadanya sebuah ilmu terkadang lebih faham daripada orang yang menyampaikannya. Sehingga, ia dapat menyimpulkan sesuatu yang tidak didapatkan oleh orang yang menyampaikannya. Atau boleh dikatakan juga bahawa seseorang yang disampaikan kepadanya sebuah ilmu dan ia lebih pandai dari orang yang menyampaikannya, maka ia akan membawanya kepada pemahaman yang lebih baik. Sehingga, ia dapat menyimpulkan “satu hukum dan menarik maksud darinya”.

Adapun maksud dari sabda Rasulullah saw, "Ada tiga hal yang dengannya tidak
ada rasa dengki di dalam hati seorang muslim........", bahawa tidak akan ada rasa dengki di dalam hati dengan adanya ketiga hal tersebut. Ketiga hal itu akan menghilangkan kedengkian dan ketidaksukaan yang merupakan penyakit hati manusia.



Seseorang yang dalam perbuatannya selalu” ikhlas demi Allah” semata, maka keikhlasan itu menghalangi, mengeluarkan, dan menghilangkan kedengkian dari dalam hatinya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan keinginan hatinya hanya untuk mencari redha Allah SWT. Sebab itu, tidak ada tempat dalam hatinya untuk rasa dengki dan rasa benci kepada orang lain. Allah SWT berfirman:

"Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)


Ketika seseorang ikhlas hanya untuk Tuhannya, maka Allah SWT memalingkan darinya semua ajakan keburukan dan kejahatan, sehingga ia pun terhindar dari hal-hal tersebut. Oleh karena itulah, tatkala iblis mengetahui bahwa dia tidak mendapatkan jalan untuk menggoda orang-orang ikhlas, maka dia mengecualikan mereka. Allah SWT berfirman tentang kata-kata iblis,

"Iblis menjawab, 'Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. "(Shaad: 82-83)

Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. "(al-Hijr: 42)


Sabda Nabi saw, "Para pemimpin umat yang saling menasehati", hal ini juga dapat menghapus kedengkian dan kebencian. Pasalnya nasihat tidak mungkin berbaur dengan kedengkian kerana keduanya berlawanan. Orang yang menasihati para pemimpin dan umatnya maka tidak ada rasa dengki dalam hatinya.


“Ikhlas adalah kendaraan menuju pembebasan, Islam adalah kendaraan “keselamatan”, dan Iman adalah stempel keamanan”.


Adapun sabda Nabi, "Sesungguhnya dakwah mereka mengelilingi mereka," merupakan ucapan yang indah, singkat, dan kaya makna.

Nabi saw. mengumpamakan dakwah orang-orang muslim sebagai “pagar yang mengelilingi mereka” dan “menghalangi musuh-musuh mereka”. Tatkala dakwah Islam, yang di dalamnya terdapat orang-orang muslim, seperti pagar dan benteng yang mengelilingi umat dan menjaga mereka dari musuh, maka orang yang selalu bersama jamaah tersebut akan dikelilingi oleh dakwah itu sebagaimana jamaah itu mengelilinginya. Jadi dakwah itu menghimpun dan menyatukan serta mengelilingi umat. Barangsiapa yang masuk ke dalam jamaah Islam, maka jamaah itu akan mengelilingi dan menghimpun mereka.


Dalam Sahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bahawa Rasulullah saw. bersabda,

"Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat dan tidak apa-apa kalian meriwayatkan dari Bani Israel. Barangsiapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka bersiaplah mengambil tempatnya di neraka." (HR Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad)


Rasulullah saw. memerintahkan umatnya agar menyampaikan apa yang berasal dari beliau. Sebab, dengan hal itu, seluruh umat dapat menerima petunjuk dari beliau. Rasulullah saw. mendapatkan pahala berkat orang yang menyampaikan petunjuk tersebut dan mendapatkan pahala dari orang yang menerimanya. Setiap kali petunjuk beliau disampaikan kepada orang lain, maka pahala beliau semakin berlipat ganda sebanyak orang yang menyampaikan petunjuk dan sebanyak orang yang menerima petunjuk tersebut. Ini di luar pahala amal perbuatan yang khusus untuk beliau.


Jadi Rasulullah saw. selalu mendapatkan pahala dari setiap orang yang memberi petunjuk dan menerima petunjuk tersebut, karena beliaulah penyeru kepada petunjuk tersebut. Seandainya dalam menyampaikan ilmu seseorang hanya mendapatkan cinta Rasulullah saw., maka hal itu sudah merupakan keutamaan yang tiada tara. Tanda pencinta yang hakiki adalah berusaha memperoleh sesuatu yang dicintai kekasihnya dan berkorban untuk mendapatkanya.


“Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada sesuatu yang dicintai Rasulullah saw. kecuali sampainya petunjuk beliau kepada seluruh umat”.

Maka, orang yang menyampaikan petunjuk beliau adalah orang yang berusaha mendapatkan cinta beliau. Dengan demikian, orang tersebut menjadi orang yang paling dekat dan paling beliau cintai. Dan, dialah pengganti beliau untuk umat. Maka, ini cukup menunjukkan kemuliaan ilmu dan orang yang memilikinya.


Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Muslim bin Hatim al-Anshari, dari ayahnya, dari Ali bin Zaid, dari Sa'id bin al-Musayyab, dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah bersabda,

" Wahai anakku, jika kamu mampu memasuki waktu pagi dan petang serta hatimu tidak mengandung rasa benci kepada seorang pun, maka lakukanlah! Wahai anakku, itu adalah sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku di syurga." (HR Tirmidzi)


"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya."(HR Muslim)


"Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebajikan, maka baginya pahala seperti pahala orang melakukannya." (HR Muslim dan Tirmidzi)

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Sufyan bin Waqi', dari Abu Daud al-Hafri, dari Sufyan, dari Abi Harun bahwa dia pernah mendatangi Abu Sa'id, lalu Abu Sa'id berkata, "Selamat datang kepada orang-orang yang dipuji Rasulullah saw., sesungguhnya beliau pernah bersabda:

"Sesungguhnya orang-orang mengikuti kalian dan sesungguhnya orang-orang mendatangi kalian dari segala penjuru bumi ingin memahami agama. Apabila mereka mendatangi kamu, maka pujilah mereka." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Qutaibah, dari Ruh bin Qais, dari Abu Harun al-Abdi, dari Abi Sa'id al-Khudri bahwa Nabi saw. Bersabda:

"Akan datang kepada kalian orang-orang dari Timur untuk belajar. Apabila mereka mendatangi kalian, maka pujilah mereka."

“dibawah pimpinan seorang ulama”
 

No comments:

Post a Comment