Tokoh Tokoh Ulama' Kelantan

Tokoh Tokoh Ulama' Kelantan
Sesungguhnya Ulama' itu Pewaris Nabi

Friday 28 December 2012

Gemilang dibawah pimpinan seorang Ulama

Nasihat ini mengandungi wasiat untuk bertakwa kepada Allah, yang merupakan suatu keharusan darinya, dan tidaklah hal ini melainkan hanya pada diri ulama yang “jujur lagi soleh”, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama” (Fathir : 28).

Maka bertakwalah kalian kepada Allah Azza wa Jalla agar kalian dapat mencapai darjat ini (darjat ulama) dan belajarlah agar kalian dapat mencapai kedudukan mereka. Kerana barang siapa yang mengetahui aqidah dan manhaj yang benar, hukum, adab dan akhlak yang berasal dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, maka dialah orang yang takut kepada Allah Azza wa Jalla, karena sesungguhnya takwa itu dapat termanifestasikan melalui perkara-perkara ini seluruhnya.

Dari pengetahuan terhadap perkara ini sebagaimana telah kami sebutkan-, akan menyebabkan seorang hamba dapat meraih ketakwaan kepada Allah Azza wa Jalla dan meraih khosyah (rasa takut) serta muroqobah (merasa diawasi Allah) pada setiap waktu dan tempat dan pada setiap situasi dan kondisi. Ini merupakan kedudukan yang paling agung yaitu kedudukan ihsan (sebagaimana disebutkan dalam hadis Jibril)

أن تعبد الله كأنك تراه ، فإن لم تكن تراه فإنه يراك

“Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, dan jika engkau tidak mampu melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu”


Tingkatan ihsan ini, menyebabkan manusia yakin bahwasanya Allah melihatnya, dan Allah mendengar setiap apa yang ia ucapkan, Allah mendengar setiap denyut nadi jantungnya dan getaran keinginannya, bahkan apa yang terlintas pada dirinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui dan mendengarnya, dan Dia melihat (mengawasi) di saat gerak dan diamnya.

Seorang mukmin sejati akan senantiasa mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan, dia mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mendengarkan apa yang ia katakan, dan Allah memiliki “(malaikat-malaikat pengawas) yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (segala perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Infithar : 11-12). Jika perasaan mulia ini terdapat di dalam jiwa seorang mukmin, maka ia akan memperoleh ketakwaan yang akan menjauhkan dirinya dari kemaksiatan, kesyirikan, kebid’ahan serta khurafat, dan dia akan mendapatkan kedudukan ihsan, dikarenakan dia selalu merasa diawasi oleh Allah, dan selalu merasa bahawa Allah melihat dirinya, tidak tersembunyi urusannya di sisi Allah sedikit mahupun banyak, walaupun sekecil biji sawi.


Perasaan yang mulia ini akan menghantarkannya, insyaAllah kepada takwa kepada Allah, tidak ada seorangpun dapat mencapai hal ini melainkan dengan mengetahui aqidah shahihah dan syariat yang benar dari perkara “halal dan haram”, dan mengetahui “perintah dan larangan” Allah serta janji dan ancaman dari kitabullah dan Sunnah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa Sallam. Mereka inilah yang berhak mendapatkan pujian Allah Tabaroka wa Ta’ala yang Ia berfirman tentang mereka,

إنما يخشى الله من عباده العلماء
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama” (Fathir : 28)


dan firman-Nya:

يرفع الله الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
“Allah mengangkat darjat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa darjat.” (al-Mujaadalah : 11).

Maka bersemangatlah kamu dalam dalam mendekati mereka para ulama, yang menghimpun antara ilmu dan amal. Yang demikian ini merupakan buah dari ilmu yang benar dan takwa kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala serta muroqobah/merasa diawasi oleh-Nya. Hendaklah kalian juga, wahai saudara-saudaraku, berusaha meraih keimanan yang bersih lagi murni, dan ilmu yang bermanfaat serta amal yang soleh.dan firmanNya:


والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين أمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“Demi masa! Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan senantiasa saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.” (al-Ashri : 1-3).



Keimanan yang bersih sesungguhnya dibangunkan di atas ilmu. Amal yang soleh tidak akan terpancar melainkan dari ilmu dan dakwah kepada Allah, yang tidak boleh dijalankan melainkan oleh ahlu ilmi. Bersabar atas setiap “gangguan” adalah suatu tuntutan bagi orang yang berilmu dan mengajar serta berdakwah kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala..

“Seseorang yang menyeru kepada ilmu dan keimanan ini mesti kuat dan bersabar atas gangguan dalam menyampaikan kebenaran dan kebaikan ini kepada manusia,”

sesungguhnya sebaik-baik makhluk Allah telah diuji di jalan Allah dan di jalan dakwah kepada Allah, yaitu para Nabi dan Rasul ‘alaihim ash-Sholatu was Salam, dan mereka telah diganggu lebih daripada kita, dan diuji dengan musuh yang lebih sengit permusuhannya dan lebih banyak, dan inilah makna sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :

أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الصالحون ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling keras ujiannya adalah para Nabi kemudian orang2 yang shalih, kemudian yang serupa dengan mereka.” Dan sabdanya pula : “Tidak ada seorangpun yang diuji sebagaimana diriku diuji di jalan Allah.”
Barangsiapa yang berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, serta menyeru kepadanya, niscaya dia akan diuji kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Maka persiapkan dirimu dengan kesabaran, karena,,

واصبر إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mer eka tanpa batas” (az-Zumar : 10),

dan Allah telah memerintahkan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa Sallam untuk bersabar sebagaimana bersabarnya Ulul Azmi, Allah Yang Maha Suci berfirman kepada beliau :

فاصبر كما صبر أولوا العزم من الرسل ولا تستعجل لهم
“Bersabarlah dirimu sebagaimana bersabarnya Ulul Azmi dari para rasul dan janganlah kamu meminta disegerakannya adzab bagi mereka (kaum musyrikin)” (al-Ahqaf : 35).

No comments:

Post a Comment